Puisi Selamat Tidur Sayang
Selamat Tidur Sayang
Merambat di kaki rembulan,
pelan pelan senandungkan malam untukmu.
Berpayung kelopak bintang,
ia akan slalu berdendang, tentang rindu, tentang indahmu.
Pada celah celah sinar lampu kamarmu,
kusematkan doa agar bahagia senantiasa dekapmu.
Akan kusangga dukamu, kurengkuh lukamu.
Selembar lagi, senyum bulan akan sempurna,
mengantarkan senandung doa, tuk kau yang di sana.
Meski jarak memagar diri,
mata ini tetap bergetar kala tatap bayangmu.
Berpayung kelopak rindu yang membagi kenangan,
dengan segala singgasana malam, mimpimu akan sempurna.
Berpagar kupu kupu, berpayung rimbun cahaya bulan.
Lelaplah berselimut lapis lapis pelangi.
Mimpi yang indah
Selamat malam cinta
Selamat malam bahagia
===========================================================================
Kumpulan Kata Mutiara Kahlil Gibran Tentang Kemanusiaan
0 comments
KATA MUTIARA TENTANG KEMANUSIAAN
Kahlil Gibran
Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu.
Keindahan adalah cinta yang
tidak memberi namun menerima
*
Ketika engkau menemukan keindahan
ke dalam relung hatimu. Itulah keagungan
yang merupakan perpaduan penderitaan
dan kebahagiaan.
*
Pekerjaan Seni adalah membuat sesuatu
menjadi cermin dan cermin itu adalah
persahabatan sesama manusia
*
Cinta adalah membagi, memahami,
memberikan kebebasan, menjawab panggilan
dan cinta adalah kehidupan.
*
Hemat membuat orang menjadi dermawan
Kecuali si kikir.
*
Nilai Manusia terletak pada apa yang
diciptakannya, bukan pada jumlah milik
yang dikumpulkannya
*
Kamu akan bersahabat dengan musuhmu
apabila kamu berdua mati.
*
Kau buta dan aku tuli dan bisu
jadi marilah bersentuh tangan dan
saling mengerti.
*
Barangkali orang melakukan bunuh diri
untuk membela diri
*
Adalah bijaksana bagi yang pincang
tidak mematahkan tongkatnya
di kepala musuh
*
Kita semua adalah tahanan, tetapi sebagian
dari kita berada dalam sel-sel dengan
jendela dan sebagian lagi tidak.
*
Kebencian adalah benda mati
Siapa di antara kalian mau menjadi makamnya?
*
Orang paling patut dikasihani adalah
dia yang mengubah impian-impiannya
menjadi emas dan perak
*
Yang terdekat di hatiku adalah
raja tanpa kerajaan dan si miskin yang
tidak meminta-minta
***
Sumber : Mutiara Kehidupan Kahlil Gibran
Puisi Anugerah Cinta | Kahlil Gibran
0 commentsAnugerah Cinta
Kahlil Gibran
Bersamalah dikau tatkala Sang Maut merenggut umurmu.
Ya, bahkan bersama pula kalian, dalam ingatan sunyi Tuhan.
Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu, tempat angin surga menari-nari di antaramu.
Berkasih-kasihanlah, namun jangan membelenggu cinta,
biarkan cinta itu bergetak senantiasa, bagaikan air hidup,
yang lincah mengalir antara pantai kedua jiwa.
Saling isilah piala minumanmu, tapi jangan minum dari satu piala.
Saling bagilah rotimu,
tapi jangan makan dan pinggan yang sama.
Bernyanyi dan menarilah bersama, dalam segala suka cita.
Hanya biarkanlah masing-masing menghayati ketunggalannya.
Tali rebana masing-masing punya hidup sendiri,
walau lagu yang sama sedang menggetarkannya.
Berikan hatimu, namun jangan saling menguasakannya,
sebab hanya Tangan Kehidupan yang akan mampu mencakupnya.
Tegaklah berjajar, namun jangan terlampau dekat
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibangun terlalu rapat?
Dan pohon jati serta pohon cemara,
tiada tumbuh dalam bayangan satu dengan lainnya.Share
Kata Mutiara Tentang Cinta | Kahlil Gibran
0 commentsKata Mutiara Tentang CintaKahlil Gibran
Cinta yang tak terbatas
menuntut rasa memiliki dari Sang Kekasih.
tetapi cinta yang terbatas hanya
menuntut dirinya sendiri
*
Cinta yang tak bersemi, senantiasa
telah menemui ajalnya
*
Cinta yang dibasuh oleh air mata,
akan tetap indah dan suci selamanya
*
Cinta lewat di hadapan kita,
dihiasi kelembutan hati; tetapi kita lari dari
padanya dalam ketakutan, atau kita
malahan bersembunyi di dalam kegelapan
atau kita merengutnya untuk melakukan
perbuatan jahat atas nama cinta.
*
Cinta adalah seekor burung jelita,
yang berharap untuk ditangkap,
namun menolak untuk disakiti.
*
Cinta tanpak sebagai pilar-
pilar menara cahaya ketika kegelapan
melingkupi segala sesuatu
*
Ketika cinta mulai luntur
ia mencari-cari alasan
*
Cinta tidak menyadari kedalamannya
sampai saat perpisahan
***
Sumber : Mutiara Kehidupan Kahlil GibranShare
Surat Kahlil Gibran kepada Amin Guraib
0 commentsSurat Kahlil Gibran kepada Amin Guraib
Pada bulan Mei 1903, Amin Guraib, redaktur dan pemilik Al Muhajir, sebuah harian berbahasa Arab yang terbit di New York, mengunjungi Boston. Di antara orang-orang yang menerima Amin terdapat Kahlil Gibran yang masih muda, yang menarik perhatian wartawan itu dengan caranya yang lemah lembut serta kecerdasannya.
Esoknya, Gibran mengundang Guraib ke rumahnya. la memamerkan lukisan-lukisannya dan kepada tamunya, ia memberikan sebuah buku catatan tua yang berisi hasil-hasil pemikiran dan renungannya. Ketika Amin melihat lukisan-lukisan itu serta membaca puisi-puisi dalam buku catatan itu, ia menyadari bahwa ia telah menemukan seorang pelukis, penyair dan filsuf yang cemerlang.
Hal ini mendorong sang wartawan untuk menawarkan kepada Gibran sebuah jabatan sebagai kolumnis pada hariannya.
Demikianlah, Amin Guraib membawa Kahlil Gibran sejak ia kembali dari Boston dan memperkenalkannya kepada para pembaca Arab. "Koran ini sangat beruntung," tulis Guraib dalam salah satu tajuknya, "dapat menampilkan kepada dunia-berbahasa-Arab buah sastra pertama seorang pelukis yang lukisan-lukisannya dikagumi oleh publik Amerika. Orang muda itu ialah Kahlil Gibran dari Bsharre, kota terkenal orang-orang pemberani. Kita terbitkan esay ini tanpa komentar di bawah judul Tawa dan Air mata (Tears and Laughter), terserah kepada para pembaca untuk menilainya menurut citarasanya." Inilah saat pertama kali Gibran melihat namanya tercetak dalam sebuah harian berbahasa Arab.
Ketika Gibran menulis Jiwa yang Memberontak (Spirits Rebellious), buku yang berisi cerita tentang Rose El Hanie yang menyebabkan pengusiran Gibran dari Lebanon dan pemutusan hubungannya dengan gereja, Amin Guraib inilah yang menulis pengantar buku itu.
Seperti terungkap dalam surat berikut ini, cinta dan penghargaan Gibran terhadap Amin sangatlah mendalam.
Dari Gibran kepada Amin Guraib
Boston,12 Februari 190
Sahabatku Amin,
Hanya saudara perempuanku Miriana yang tahu tentang berita-berita yang hendak kuceritakan padamu, yang membuatmu serta para tetangaa agak bahagia: Aku hendak pergi ke Paris, ibukota seni rupa itu, pada akhir musim semi mendatang, dan akan tinggal di sana selama setahun penuh. Dua belas bulan yang akan kuhabiskan di Paris itu akan memainkan peranan penting dalam hidupku sehari-hari, karena saat-saat yang hendak kujalani di Kota Cahaya itu -- dengan pertolongan Tuhan - akan menjadi awal sebuah babak baru dalam cerita hidupku. Aku akan memasuki sebuah kelompok seniman besar di kota besar itu, dan bekerja di bawah pengawasan dan pengamatan mereka serta memanfaatkan kritik mereka di bidang seni rupa. Tidak jadi soal apakah mereka menguntungkan aku atau tidak, karena sekembalinya aku dari Paris menuju Amerika Serikat, lukisan-lukisanku akan menjadi lebih berwibawa, sehingga membuat orang-orang kaya yang bodoh membelinya lebih banyak, bukan karena keindahan artistiknya, tapi lantaran dilukis oleh seorang pelukis yang telah menghabiskan waktunya setahun penuh di Paris di antara para pelukis besar Eropa.
Aku tidak pernah membayangkan perjalanan ini sebelumnya, dan pikiran ke arah itu pun tak pernah menyelinap ke dalam hatiku karena tidak mungkin bagi orang seperti aku ini mendapatkan biaya buat perjalanan semacam itu. Tetapi sahabatku Amin, Tuhanlah yang telah menyusun rencana perjalananku dan membuka jalan bagiku ke Paris, di luar pengetahuanku. Aku akan menghabiskan satu putaran hidupku di sana atas biaya Tuhan, sumber dari segalanya.
Sekarang, sejak engkau mendengar ceriteraku ini, engkau tahu bahwa aku tinggal di Boston bukanlah karena mencintai kota ini, juga bukan lantaran aku membenci New York. Aku tinggal di sini karena adanya seorang wanita yang memberikan tunjangan keuangan padaku, yang mengantarkan aku ke masa depan yang indah serta meratakan jalan menuju keberhasilan intelektual dan finansial. Tetapi tak ada bedanya apakah aku tinggal di Boston atau di Paris, Al Muhajir akan tetap menjadi sorga tempat jiwaku berdiam dan menjadi pentas buat hatiku yang menari-nari. Perjalananku ke Paris merupakan kesempatan bagiku untuk menulis hal-hal yang tak dapat kutemukan dan bayangkan di negeri yang mekanis dan komersial ini, yang penuh dengan teriakan dan kebisingan. Aku akan diterangi oleh studi-studi kemasyarakatan yang akan kujalani di ibukota dari segala ibukota di dunia itu, tempat Rousseau, Lamartine dan Hugo tinggal, dan tempat orang mencintai seni seperti orang-orang Amerika memuja-muja "Dollar Yang Maha Kuasa".
Selama kau pergi aku akan terus menyumbangkan tulisan pada setiap terbitan Al Muhajir. Akan kutuangkan pada halaman-halamannya segala rasa cinta, harap dan cita-cita yang tersimpan dalam hati, jiwa dan pikiranku. Aku tidak mengharap imbalan apa pun darimu selain rasa persahabatan. Tapi jika kau bermaksud menambahkan hutang material kepada hutang-hutang budiku yang banyak kepadamu, silakan memerintahkan kepada staf redaksimu agar membantu peredaran bukuku Tawa dan Air-mata agar aku bisa menuai hasil panen kerjaku setelah bermalam-malam menulis buku itu. Suruhlah mereka membantuku menjual buku itu kepada pembaca-pembaca Arab dan kepada para pedagang di New York dan di negeri lain. Kau tahu, aku tak dapat mempromosikan buku itu tanpa bantuan Al Muhajir.
Semoga engkau senantiasa mendapatkan ketenangan serta kegembiraan bertemu keluarga dan menikmati pemandangan indah kota London. Engkau telah bekerja keras selama lima tahun terakhir ini, dan adalah sewajarnya jika engkau menikmati istirahat sejenak. Janganlah engkau terganggu dengan bayangan masa depan. Apa pun yang terjadi, Al Muhajir akan tetap senantiasa menjadi kebanggaan koran-koran berbahasa Arab. Sebuah pesan darimu, sebuah puisi dari Assad Rustum dan sebuah artikel Gibran setiap minggu akan cukup membuka mata dunia Arab dan mengarahkan perhatian mereka ke Washington Street Dua Satu.*)
Pengantarrnu untuk bukuku Jiwa Yang Memberontak (Spirits Rebellious) membuat aku bahagia karena jauh dari komentar pribadi. Sebuah artikel untuk Al Muhajir telah kukirimkan padamu hari Senin lalu; sudah diterimakah? Tulislah padaku sedikit balasan untuk surat ini. Beberapa surat lagi akan kutulis untukmu sebelum keberangkatanmu ke Lebanon. Aku berharap semoga perjalananmu selalu dalam kegairahan. Walau aku tak dapat melepas keberangkatanmu, namun aku selalu berharap agar kita tetap satu dalam pikiran dan semangat. Tujuh ribu mil jauhnya, namun terasa lebih dari satu mil saja, dan seribu tahun pun terasa dalam jiwa hanya setahun jua.
Miriana menyampaikan salam padamu dan mengharapkan suksesmu selalu, semoga Tuhan memberkatimu dan membawamu kembali padaku dengan selamat, serta melimpahkan padamu rahmat-kasih-Nya, sebanyak rasa cinta dan hormatku padamu .
Gibran
*) Alamat kantor redaksi dan tatausaha Al Muhajir.
Surat Kahlil Gibran kepada Jamil Malouf
0 commentsSurat Kahlil Gibran kepada Jamil Malouf
Jamil Malouf, seorang penyair dan pengarang muda Libanon, sangat mengagumi Gibran. Dalam suratnya berikut ini, Gibran mengungkapkan kekagumannya dan keprihatinannya kepada penyair muda itu, yang meninggalkan Paris untuk tinggal di Sao Paulo, Brazilia. Gibran melukiskan sahabatnya Jamil ini sebagai "obor dari langit" yang menerangi jalan umat manusia, dan juga menyatakan keheranannya mendengar kepindahan sahabatnya itu. Dia mendesaknya agar memberikan alasan yang mendorongnya pergi ke Sao Paulo dan tinggal di antara "orang-orang mati yang hidup".
Dari Gibran kepada Jamil Malouf
1908
Saudaraku Jamil,
Ketika aku membaca surat-suratmu, aku merasa ada roh yang mempesona sedang bergerak-gerak dalam kamar ini -roh yang indah namun penuh kesedihan- yang menarikku dengan alunan gelombangnya dan membuatku melihatmu sebagai dua pribadi: yang satu menunggui kemanusiaan dengan sayapnya yang perkasa sama seperti sayap bidadari yang dilihat oleh Santo Johannes sedang berdiri di depan singgasana dengan tujuh lampu; yang lain terbelenggu pada sebuah batu karang raksasa laksana Promotheus, yang karena hendak memberikan obor api pertama kepada manusia merelakan dirinya dikutuk oleh dewa-dewa. Yang pertama menceriakan hatiku dan menyejukkan jiwaku karena ia berayun-ayun bersama cahaya matahari dan angin lembut yang ceria fajar pagi; sementara yang kedua membuat hatiku berdukacita karena ia terpenjara oleh perjalanan sang waktu...
Engkau telah dan masih akan senantiasa mampu menurunkan obor api itu dari langit untuk menerangi jalan umat manusia, tapi katakanlah padaku hukum atau kekuatan apakah yang membawamu ke Sao Paulo dan membelenggu tubuhmu dan menempatkan dirimu di antara orang-orang yang mati pada hari kelahirannya dan belum juga dikuburkan itu? Masihkah dewa-dewa Yunani menunjukkan kekuasaannya sekarang ini?
Aku telah mendengar engkau hendak kembali ke Paris dan tinggal di sana. Aku pun ingin pergi ke sana. Mungkinkah kita bertemu di kota seni itu? Apakah kita bertemu di "Jantung Dunia" itu dan mengunjungi Opera dan teater Prancis dan memperbincangkan sandiwara-sandiwara Racine, Corneille, Moliere, Hugo dan Sardon? Akankah kita bertemu di sana dan berjalan jalan bersama ke tempat benteng Bastille dibangun, dan kemudian kembali ke tempat tinggal kita untuk merasakan kelembutan jiwa Rousseau dan Voltair, dan menulis tentang Kebebasan dan Tirani, dan menghancurkan setiap "Bastille" yang berdiri di setiap kota di dunia Timur? Maukah kita pergi ke Louvre dan berdiri menatap lukisan-lukisan Raphael, da Vinci dan Carot, dan menulis tentang Keindahan dan Cinta serta pengaruhnya terhadap hati nurani manusia?
Saudara, aku merasakan lapar yang pedih dalam hatiku jika aku berbicara tentang karya-karya seni yang besar itu: aku pun sangat rindu akan ucapan-ucapan yang abadi; tetapi lapar dan kerinduan ini muncul dari suatu tenaga perkasa yang ada dalam lubuk hatiku - suatu tenaga yang ingin segera menyatakan dirinya tapi tak mau melakukannya karena waktunya belum tiba, dan orang-orang yang mati pada hari-kelahirannya masih berjalan jalan dan berdiri sebagai sebatang kayu palang pada jalan kehidupan.
Sebagaimana engkau tahu, kesehatanku ibarat sebuah biola di tangan seorang yang tak pandai memainkannya, sehingga hanyalah melodi yang sumbang yang dapat diperdengarkannya. Perasaanku bagaikan samudra dengan segala pasang-surutnya: jiwaku laksana seekor burung puyuh dengan sayap yang patah. la sangat menderita apabila melihat kawanan burung melayang-layang di angkasa, karena ia menyadari dirinya tak mampu berbuat seperti itu. Tetapi, seperti juga semua burung lain, ia pun menikmati keheningan sang Malam, datangnya sang Fajar, cahaya sang Matahari dan indahnya lembah-ngarai. Aku melukis dan menulis sekarang, juga nanti, dan di tengah melukis dan menulis, aku bagaikan sebuah perahu kecil yang berlayar di antara samudra tak berdasar dan langit yang tak berufuk - impian-impian yang asing, hasrat-hasrat yang agung, harapan-harapan besar, pikiran-pikiran yang terbanting dan perlu diperbaiki: dan di antara segalanya ini adalah sesuatu yang disebut oleh orang-orang sebagai Putus Harapan, dan aku menyebutnya Neraka.
Gibran
SURAT KAHLIL GIBRAN KEPADA AYAHNYA
0 commentsSURAT KAHLIL GIBRAN KEPADA AYAHNYA
Gibran menulis surat ini kepada ayahnya di Bsharre untuk menenteramkan hatinya tentang kesehatan dua saudara perempuannya, Miriana dan Sultana. Salah seorang kerabatnya di Amerika Serikat telah menulis surat kepada ayah Gibran, menceritakan bahwa kedua puterinya itu sakit, dan orang tua itu menyatakan kekhawatirannya pada anaknya. Ayah Gibran rupanya tidak memperhatikan tanggal pada surat itu: tanggal 1 April, atau Hari Bercanda di bulan April.
Dari Gibran kepada Ayahnya
Beirut, April, 1904
Ayahanda tercinta,
Saya menerima surat Ayahanda yang mengungkapkan kekhawatiran tentang "berita duka yang tak diharapkan" itu. Jika saja saya tidak tahu maksud si penulis surat itu, pastilah saya juga mengalami perasaan seperti itu. Mereka (semoga Tuhan mengampuninya) menyatakan kepada ayahanda dalam surat itu bahwa salah seorang saudara saya sedang sakit gawat, dan mereka juga berkata bahwa penyakit itu membutuhkan biaya besar, sehingga akan sulitlah bagi saudara-saudara saya untuk mengirimkan uang kepada Ayahanda. Saya segera bisa menjelaskannya setelah memperhatikan bahwa surat itu ditulis pada tanggal 1 April. Bibi kami telah terbiasa dengan lelucon halus dan segar semacam itu. Ucapannya bahwa saudara perempuan saya jatuh sakit selama enam bulan adalah jauh dari kebenaran, sama jauhnya dengan saya dari penyakit itu. Selama tujuh bulan terakhir ini saya telah menerima lima surat dari Tuan Ray yang menjamin saya bahwa kedua saudara perempuan saya, Miriana dan Sultana, dalam keadaan sehat sejahtera. Dia memuji tabiat mereka yang baik, menghargai kehalusan sopan-santun Sultana, dan berbicara tentang kemiripan perawakan dan tabiat antara dia dan saya.
Kata-kata ini keluar dari seorang yang paling jujur yang pernah saya kenal; dari seorang yang membenci "Lelucon April" dan tidak menyukai pemalsuan yang membuat duka hati orang lain. Saya menjamin bahwa segalanya dalam keadaan baik-baik saja, dan saya mengharap tenang dan tenteramlah hati Ayahanda.
Saya masih di Beirut meskipun saya boleh meninggalkan rumah selama sebulan penuh untuk berkeliling Siria dan Palestina, atau Mesir dan Sudan bersama sebuah keluarga Amerika yang sangat saya hormati. Itulah sebabnya saya tidak tahu sampai berapa lama akan tinggal di Beirut. Tetapi saya berada di sini demi kepentingan saya sendiri yang membuat saya perlu tinggal di negeri ini sejenak, agar dapat menyenangkan hati orang-orang yang memikirkan masa depan saya. Ayahanda tidak usah meragukan keputusan saya tentang apa yang baik bagi saya dan tentang keselamatan dan kemajuan masa depan saya.
Sekianlah yang dapat saya ceritakan kepada Ayahanda - dengan segenap kasih sayang kepada segenap keluarga dan sahabat-sahabat tercinta, dan dengan segala hormat bagi mereka yang bertanya tentang diri saya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa mengaruniai Ayahanda panjang usia serta perlindungan-Nya.
Hormat saya, Gibran
Prosa Puisi Tentang Perkawinan | Kahlil Gibran
0 commentsPerkawinan
Kahlil Gibran
Di situlah Cinta mulai menerjemahkan prosa Kehidupan ke dalam himne dan lagu pujian, dengan musik yang digubah oleh malam, dan dinyanyikan oleh pagi. Di sini Cinta menyingkapkan cadar, dan menerangi lekuk-lekuk hati, menciptakan puncak kebahagiaan kala sukma menyembah Tuhan.
Perkawinan merupakan persatuan dua keilahian, sehingga yang ke tiga dapat lahir di dunia. Itulah persatuan dua jiwa dalam kekuatan cita guna melebur keterpisahan. Itulah persatuan yang lebih luhur, yang mempersenyawakan perbedaan dua jiwa. Itulah cincin emas yang berwujud rantai, dengan pangkal berupa kilauan dan ujung berupa Keabadian. Itulah hujan air murni yang jatuh dari langit kudus, guna menyuburkan dan memberkahi ladang-ladang Alam Ilahi.
Karena pandang pertama dari mata kekasih bagaikan benih yang ditaburkan ke dalam hati manusia, dan ciuman pertama dari bibimya laksana bunga dari dahan pohon Kehidupan, maka persatuan dua orang kekasih dalam perkawinan merupakan buah pertama dari kembang pertama benih itu.
Sumber : Suara Sang Guru (Kahlil Gibran)Share
Makna Ciuman Pertama | Kahlil Gibran
0 commentsCiuman Pertama
Kahlil Gibran
Itulah sesapan pertama dari piala yang diisi bidadari dengan madu bunga Kehidupan. Itulah garis pemisah antara Keraguan yang menghibur jiwa dan menyedihkan hati, dengan Takdir yang melimpahi kalbu penuh kebahagiaan. Itulah awal nyanyian Kehidupan dan adegan pertama dalam lakon Insan Kamil. Itulah ikatan yang menghubungkan keasingan masa lalu dengan kegemilangan masa depan, penjalin antara keheningan perasaan dan nyanyiannya. Itulah kata yang diucapkan oleh dua pasang bibir yang menyebut singgasana hati, Cinta sebagai raja, dan kebenaran sebagai mahkota. Itulah sentuhan lembut jari-jari halus angin sepoi pada bibir mawar - yang menapaskan desah panjang kelegaan dan rintihan yang manis.
Itulah awal embusan ajaib yang melantunkan para kekasih dari alam benda dan matra ke dalam dunia impian dan wahyu.
Itulah persatuan dua kembang harum, dan persenyawaan wangi menuju terciptanya jiwa ke tiga.
Karena pandang pertama seperti benih yang ditaburkan oleh bidadari di ladang kalbu, maka ciuman pertama merupakan kembang pertama pada pucuk dahan Pohon Kehidupan.
Sumber : Suara Sang Guru (Kahlil Gibran)Share
Arti Pandangan Pertama | Kahlil Gibran
0 commentsPandang Pertama
Kahlil Gibran
SAATLAH yang memisahkan garis mabuk Hidup dari kesadaran. Nyala pertamalah yang menerangi wilayah dalam kalbu. Nada gaib pertamalah yang terpetik dari dawai perak hati. Saat sekilas itulah yang membuka risalah sejarah di depan mata jiwa, dan mengungkapkan segala perbuatan malam dan karya kesadaran. Maka terbukalah rahasia Keabadian masa depan. Itulah benih yang dijatuhkan oleh Ishtar, dewi Cinta, dan ditaburkan oleh kekasih di ladang Cinta, ditumbuhkan oleh kasih-sayang, dan dipanen oleh Sukma.
Pandang pertama mata kekasih bagaikan gairah yang beriak pada permukaan air, melahirkan langit dan bumi ketika Tuhan berfirman, "Jadilah, maka terjadilah."
Sumber : Suara Sang Guru (Kahlil Gibran)Share
Puisi Prosa Romantis Cinta dan Remaja | Kahlil Gibran
0 commentsCINTA DAN REMAJA
Kahlil Gibran
SEORANG pemuda di kala fajar Kehidupan duduk di meja dalam rumah yang sunyi. Sekali-sekali ia memandang lewat jendela langit yang bertaburkan bintang-bintang kemilau, lalu memandang lukisan gadis yang dipegangnya. Garis-garis dan warnanya menunjukkan karya seniman: Yang menimbulkan citra tersendiri dalam hati remaja itu, yang mengungkapkan rahasia Dunia keajaiban Abadi.
Rona lukisan wanita itu merasuk ke dalam sanubari pemuda itu; maka saat itu indera pendengarannya dapat menangkap dan memahami bahasa roh yang hadir di ruangan itu, dan hatinya membara disulut cinta.
Berjam-jam telah lewat, seakan-akan hanya sesaat mimpi indah, atau setahun pula dalam hidup Keabadian.
Pemuda itu meletakkan lukisan itu di depannya, lantas mengambil pena, mencurahkan perasaannya pada kertas:
"Kekasih: Kebenaran Agung yang menguasai Alam, tak dapat disampaikan dari satu insan ke insan lain melalui kata-kata manusia. Kebenaran memilih kesunyian untuk mengantarkan pengertian tentang kebenaran itu kepada jiwa- jiwa yang dicintainya.
Aku tahu, keheningan malam merupakan duta paling utama antara dua hati, karena mengandung amanat Cinta dan melafaskan kidung suci hati kita. Bila Tuhan yang menyaksikan jiwa kita terpenjara dalam raga, ternyata Cinta membuatku terpenjara oleh kata-kata dan ucapan.
Mereka berkata,'O, Kekasih, Cinta adalah nyala yang berkobar dalam hati manusia. Sejak pertemuan kita yang pertama, aku merasa seperti telah mengenalmu lama sekali, dan pada saat berpisah, aku pun tahu, tiada sesuatu yang mampu menceraikan kita.
Pandang pertamaku terhadapmu sebenarnya bukanlah yang pertama. Saat hati kita bertemu membuatku yakin akan Keabadian dan kebakaan jiwa.'
Saat seperti itu Alam menyingkap cadar manusia yang merasa dirinya tertekan, dan memberi amanat perihal keadilan yang abadi.
Ingatkah engkau kala kita duduk di tepi anak sungai dan saling memandang, Kekasih? Tahukah engkau betapa matamu berkata padaku saat itu bahwa cintamu bukan lahir dari belas kasihan, tetapi dari keadilan? Dan sekarang aku dapat menyatakan kepada dunia bahwa anugerah yang datang dari keadilan lebih utama daripada yang mengalir dari kedermawanan.
Dapat pula kukatakan bahwa Cinta yang hanya merupakan kebetulan belaka tidaklah berbeda daripada air mandeg di rawa-rawa.
Kekasih, di depanku terbentang kehidupan yang dapat kuciptakan menjadi keagungan dan keindahan-
hidup yang bermula dengan pertemuan pertama kali, akan berjalan terus menuju keabadian.
Aku tahu, karena engkaulah aku menerima berkah kekuatan dari Tuhan, untuk dijelmakan ke dalam katakata dan perbuatan luhur, bahkan selagi matahari menyemerbakkan kembang-kembang di padang.
" Karena itu, cintaku padamu akan hidup selamanya...."
Pemuda itu bangkit, berjalan lambat-lambat dan berwibawa, memintas ruangan. Melalui jendela ia memandang ke luar; tampak bulan timbul di atas cakrawala dan menyepuh langit luas dengan cahayanya yang lembut.
la kembali ke meja, lalu menulis kembali:
"Maafkan daku, Kekasihku, karena aku berbicara dengan menganggapmu sebagai orang ke dua. Sungguh engkau adalah belahan jiwaku, yang tak ada di dekatku sejak kita muncul dari tangan suci Tuhan. Maafkan daku, Kekasihku!"
Sumber : Suara Sang Guru Kahlil Gibran
Koleksi Buku Karya Puisi
Puisi Tentang Cinta dan Kehidupan | Musim Semi
0 commentsMUSIM SEMI
Kahlil Gibran
Marilah, sayang, mari berjalan menjelajahi perbukitan,
Salju telah cair dan Kehidupan t'lah jaga dari kantuknya
Kini mengembara menyusur pegunungan dan jurang-jurang.
Mari menapaki jejak Musim Semi, yang menjelang,
Ladang-ladang jauh, dan mendaki puncak-puncak perbukitan
'Tuk menadah ilham dari tempat ketinggian,
Di atas hamparan ngarai nan sejuk kehijauan.
Fajar Musim Semi telah mernbeberkan gaunnya
Dari lipatan penyimpanan ke dalam peti musim Dingin.
Pada pohon persik dan batang sitrus disangkutkan selendangnya,
Yang tampil bertebaran bagai pengantin-pengantin putih
Dalam perhelatan Adat Malam Kedre.
Sulur-sulur daun anggur saling berpelukan bagai kekasih
Air parit pun lincah berlompatan menari ria,
Di sela-sela bebatuan, menyanyikan lagu riang.
Dan. bunga-bunga meletup bermekaran dari jantung alam,
Laksana buih-buih bersembulan, dari kalbu lautan
Kemarilah, sayang: mari mereguk sisa air mata Musim Dingin,
dari piala kelopak bunga lili,
Dan menenteramkan jiwa, dengan gerimis nada-nada
Curahan simfoni burung-burung yang bernyanyi
Dalam gita sukacita. dibius angin mamiri.
Mari duduk di batu besar itu, tempat bunga fiola ungu
Berteduh dalam persembunyian, dan meniru
Kemanisan mereka dalam pertukaran kasih rindu.
(Khalil Gibran Sang Penyair)
Kumpulan Karya Puisi
AKU bicara perihal Cinta ? >> Kahlil Gibran
0 commentsAKU bicara perihal Cinta ?
Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia
kan menyalibmu.
Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu, demikian pula dia ada untuk pemanakasanmu.
Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kaupahami rahasia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.Maka lebih baiklah bagimu kalau kaututupi ketelanjanganmu dan menyingkir dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa, tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki; Karena cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata, “Tuhan ada di dalam hatiku,” tapi sebaliknya, “Aku berada di dalam hati Tuhan”.
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan, biarlah ini menjadi aneka keinginanmu: Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali, yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.
Mengenali penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Merasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung cinta;
Dan meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan dan mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sebuah gita puji pada bibirmu.
Puisi Tentang Waktu | Kahlil Gibran
0 commentsWaktu
Kahlil Gibran
Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.
Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.
Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.
Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.
Puisi Tentang Persahabatan | Kahlil Gibran
0 commentsPuisi Tentang Persahabatan
Kahlil Gibran
Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.
Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.
Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.
Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.
Biografi Kahlil Gibran
0 comments
Kahlil Gibran
lahir di Bsherri, Lebanon, 6 Januari 1883. Dalam usia remaja bersama
ibunya pindah ke Boston, Amerika Serikat. Setelah kembali ke Lebanon
untuk mempelajari sastra Arab, mulai tahun 1905 karya-karyanya terbit
dan menarik perhatian, terutama Sang Nabi. Ia memperluas pandangan
sastra dan belajar melukis di Paris, kemudian menetap di New York,
mendirikan studio "Pertapaan". Buku-bukunya yang terkenal selain Sang
Nabi, juga Taman Sang Nabi, Pasir dan Buih, Sayap-Sayap Patah, Suara
Sang Guru, Si Gila, Sang Pralambang, Sang Musyafir, dll. Ia meninggal 10
April 1931 karena sakit lever dan radang paru-paru.
Kata Mutiara Kebijaksanaan | Kahlil Gibran
0 commentsKEBIJAKSANAAN
Kahlil Gibran
Kebijaksanaan tidak lagi merupakan kebijaksanaan
apabila ia menjadi terlalu angkuh
untuk menangis,
terlalu serius untuk tertawa,
dan terlalu egois untuk melihat yang lain
kecuali dirinya sendiri.Share
CERMIN DIRI - Kahlil Gibran | Mutiara Cinta
0 commentsCERMIN DIRI
Ketika aku berdiri
bagaikan sebuah cermin jernih
di hadapanmu,
kamu memandang ke dalam diriku
dan melihat bayanganmu.
Kemudian kamu berkata,
Aku cinta kamu.
Tetapi sebenarnya,
kamu mencintai dirimu dalam dirikuShare