Sabtu, 10 Agustus 2013

Karya Kahlil Gibran

Puisi Cinta Kahlil Gibran Terindah

Puisi Cinta Khalil Gibran yang sangat menyentuh hati yang berisikan puisi cinta romantis. Buat sobat yang suka dengan puisi cinta khalil gibran atau punya cita cita jadi bujangga berikut adalah Puisi Cinta yang di tulis oleh Khalil Gibran yang silahkan disimak semoga bermanfaat buat sobat
Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku, Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya, dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.
 
 
Nyanyian Sukma

Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,

Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya,
dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.

Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?

Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku

Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.

Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahdu
Yang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.

Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah Yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam, Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyi
Dan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?




 Aku Bicara Perihal Cinta


Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.

Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia
kan menyalibmu.

Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu,
demikian pula dia ada untuk pemangkasanmu.
Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu,
dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.

Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu,
dan mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta,
supaya bisa kaupahami rahasia hatimu,
dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.

Namun pabila dalam ketakutanmu,
kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu,
kalau kaututupi ketelanjanganmu,
dan menyingkir dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa,
tapi tak seluruh gelak tawamu,
dan menangis,
tapi tak sehabis semua airmatamu.

Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri,
dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki,
pun tiada ingin dimiliki;
Karena cinta telah cukup bagi cinta.

Pabila kau mencintai kau takkan berkata,
TUHAN ada di dalam hatiku,
tapi sebaliknya, “Aku berada di dalam hati TUHAN”.
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta,
sebab cinta,
pabila dia menilaimu memang pantas,
mengarahkan jalanmu.

Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya.
Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan,
biarlah ini menjadi aneka keinginanmu:
Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali,
yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.

Mengenali penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Merasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung cinta;
Dan meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan,
dan mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu,
dan sebuah gita puji pada bibirmu.

Khalil Gibran  
Puisi Cinta Kahlil Gibran 
 

Surat Cinta Kahlil Gibran Kepada May Ziadah

Salah satu halaman dalam edisi Bahasa Arab, menunjukkan surat dari Gibran kepada kekasihnya, May Ziadah.



Dari Gibran Kepada May Ziadah

May sayang,


Aku berutang untuk segala yang kusebut "Aku" terhadap wanita, sejak aku kecil. Wanitalah yang membuka jendela-jendela mataku dan pintu-pintu jiwaku. Kalau saja bukan karena ibu, saudara perempuan dan teman wanita, tentulah aku masih tidur lelap bersama orang-orang yang mencari ketenangan dunia dengan dengkur mereka.

... Aku telah menemukan kesenangan dalam sakit. Kesenangan ini dengan segala pengaruhnya, berbeda dari segala kesenangan yang lain. Aku telah menemukan semacam ketenteraman yang membuat aku mencintai sakitku. Orang sakit itu selamat dari persaingan manusia, tuntutan, kencan dan janji, pembicaraan yang ngelantur serta dering telepon. Aku telah menemukan kenikmatan yang lain lewat sakit ini yang lebih penting dan tak ternilai. Aku menemukan diriku lebih dekat kepada hal-hal yang abstrak dalam sakitku ini daripada dalam sehat. Manakala aku meletakkan kepalaku di bantal dan menutup mataku dan melupakan segala urusan duniawi, aku menemukan diriku sedang melayang-layang laksana seekor burung menjelajahi lembah-lembah dan rimba raya yang tenteram, yang terbungkus dalam selubung yang lembut. Aku dapatkan diriku akrab dengan mereka yang aku cintai, seraya menyeru dan bercakap dengan mereka, tetapi tanpa rasa marah, dan dengan perasaan seperti yang mereka rasakan, dengan pikiran seperti yang mereka pikirkan. Kadang-kadang mereka meletakkan tangannya pada dahiku untuk memberkatiku.

... Aku ingin menjalani sakitku di Mesir atau di kampung halamanku, agar aku bisa dekat dengan orang-orang yang kucintai.* ) Tahukah kau, May, bahwa setiap pagi maupun senjahari aku merasa seolah diriku berada di sebuah rumah di Kairo, bersama engkau yang duduk di depanku membacakan artikel terakhir yang aku atau kautulis, yang belum diterbitkan.

...Tahukah kau, May, bahwa manakala aku, memikirkan tentang Keberangkatan yang disebut orang Kematian itu, aku merasakan kesenangan dalam memikirkan dan merindukan Keberangkatan itu. Lalu aku kembali pada diriku dan ingat bahwa ada sebuah kata yang mesti kukatakan sebelum keberangkatanku. Aku menjadi bingung di antara ketidakmampuanku dan keharusanku, lalu aku menyerah pada harapanku. Tidak, aku belum mengatakan kata itu, dan hanya asap yang keluar dari cahaya ini. Inilah yang membuat aku merasa bahwa menganggur itu lebih pahit daripada empedu. Kukatakan ini padamu, May, dan tidak kepada seorang lain pun. Jika aku tidak berangkat sebelum aku mengeja dan mengucapkan kataku itu, aku akan kembali untuk mengatakan kata itu, yang kini sedang menggantung laksana awan di lazuardi hatiku.

... Apakah hal ini terasa asing bagimu? Sesuatu yang paling asing adalah yang paling dekat pada kebenaran yang hakiki. Dalam hasrat manusia terdapat satu tenaga kerinduan yang mampu mengubah kabut dalam diri kita menjadi matahari.


Gibran

1928



*) Pada saat Gibran menulis surat ini, May tinggal di Kairo, Mesir.

Puisi Naungan Kasih Sayang | Kahlil Gibran

sebelum rumah kau dirikan dalam lingkungan kota.
Karena, sebagaimana kau mesti pulang setiap senja,
demikian pula jiwa halusmu, yang mengembara
sendiri senantiasa.
Dia tumbuh berkembang di sinar mentari,
dia tidur di kala malam kelam dan sunyi
dalam kegelapan yang tiada sepi dari mimpi
Tidakkah rumahmu mengenal mimpi?
Dan selama bermimpi, dia tinggalkan kotamu,
Melayang terbang ke gua-gua dan bukit biru?
Alangkah dambaku menggenggam rumah-rumah
itu dalam tanganku,
bagai penyebar benih akan kutaburkan rumah ke
hutan dan ladang.
Alangkah dambaku, lembah itu menjadi jalan rayamu,
dan jalur hijau di sana, menjadi lorong kotamu.
Dan kau saling jumpa hanya setelah melintasi belukar anggur,
sehingga bajumu membawa harum perkebunan.
Dan wangi tanah menyegarkan pertemuan,
namun alangkah sayang, semua itu angan-angan
terbayang.
Di dalam kecemasan moyangmu menempatkan kau
terlampau berdekatan,
dan rasa cemas itu masih akan tinggal beberapa lama,
sebentar lagi tembok kota akan memisahkan api tungku,
dan lembah dan ngarai, ladang dan kebun-kebunmu.
Lalu sebutlah, rakyat Orphalese,
apakah yang ada di dalam rumahmu?
Dan apa yang kau lindungi di balik pintu?
Adakah padamu Kedamaian, daya kebisuan
yang memendam kekuatan insan?
Adakah padamu Angan-angan, busur-busur
gemerlapan
yang merentang bidikan ke puncak-puncak daya pikiran?
Adakah padamu Keindahan,
yang menuntun hati melalui ukiran kayu dan pahatan
sampai ke puncak sang gunung suci?
Katakan, lengkapkah ada di dalam rumahmu?
Ataukah hanya terdapat kesantaian, dan hasrat
kenikmatan di dalamnya?
Nafsu yang mula-mula datang sebagai tamu,
berubah menjadi tuan rumah,
akhirnya menjelma jadi penguasa?
Lalu sebagai penjinak, dengan lembing dan
cemetinya,
menjadikanmu bulan-bulanan, permainan
keinginan.
Walaupun tangannya sehalus sutra, hatinya sekeras baja.
Dia membius dan berdiri dekat ranjangmu,
mencemoohkan harkat martabat darah dagingmu.
Dia mentertawakan pikiran sehat dan
membungkusnya dalam kapas,
seolah-olah barang yang mudah retas,
sesungguhnyalah nafsu kenikmatan membunuh
gairah kejiwaan,
akhirnya dia menyeringai menang, ketika jenazahmu
dalam usungan.
Tetapi kau, putera puteri ruang semesta alam,
kau yang gelisah dalam peristirahatan,
tak bakal kau masuk perangkapnya ataupun
dijinakkannya.
Rumahmu tak akan menjadi sebuah sangkar,
melainkan tiang utama sebuah kapal layar.
Tiada pula ia sebagai selapis kulit ari,
yang menutupi kerawanan sebuah luka,
namun jadilah ia kelopak mata, yang memberi
perlindungan kepada netra.
Kau tak akan melipat sayapmu bila kau melalui pintu
tiada pula kau tundukkan kepala karena takut terantuk kayu,
tak pula kau harus bernafas dengan cemas,
mengkhawatirkan nafas membuat dinding retak atau retas.
Tiada kau akan mendiami peti-peti mati,
peninggalan arwah bagi yang belum saatnya
Walaupun diliputi kemewahan dan keagungan,
rumahmu bukanlah wadah kerahasiaan,
maupun wadah pengamanan keinginan.


1 komentar:

  1. The Casino - drmcd
    Our casino features the largest selection 남양주 출장샵 of slot machines 문경 출장안마 and 정읍 출장안마 table games. There is also the option of re-spins, deposit 안성 출장마사지 and withdrawal, 제주 출장마사지 plus the ‎Mobile games · ‎Mobile casino · ‎About Us · ‎Contact Us

    BalasHapus